Jumat, 22 Januari 2010

PAHALA AMAL TIDAK AKAN TERPUTUS

Oleh : Ustadz Ir. H.Achmad Syafi'i

Banyak orang berlomba-lomba mencari harta dan menabungnya untuk simpanan di hari tua. Menyimpan harta tentunya tidak dilarang selama ia mencarinya dari jalan yang halal dan menunaikan kewajiban atas harta tersebut, seperti zakat dan nafkah yang wajib. Namun ada simpanan yang jauh lebih baik dari itu, yakni amal ketaatan dengan berbagai bentuk untuk menuju hari akhir.
Tidak sedikit pula orang menumpuk harta namun belum sempat ia merasakannya, kematian telah menjemputnya sehingga harta tersebut berpindah ketangan orang lain. Orang seperti ini jika tidak memiliki amal kebaikan maka ia rugi di dunia dan di akhirat. Sungguh betapa rugi dan sengsaranya mereka.

Amal ketaatan yang dijadikan sebagai simpanan memiliki tingkatan keutamaan dari sisi penekanan dalam pelaksanaannya dan dari sisi pengaruh yang muncul darinya. Adapun dari sisi penekanan, amal-amal yang wajib didahulukan dari yang sunnah. Disebutkan dalam hadits qudsi bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

"Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai dari apa yang Aku wajibkan atasnya." (HR. Al-Bukhori, no. 6502)

Orang-orang yang beriman dan beramal sholih bagi mereka adalah al-ajru (pahala), Jazaul’amal, balasan atas perbuatan amalnya yaitu surga. Mereka dalam surga tinggal dengan tanpa ada akhir atau terputus (Maakitsina fiihi abadan, Kholidin fiha bilaa inqitha). Bagi orang-orang yang ada dalam surga atas semua angan-angan dan cita-citanya maka mereka diberi 10 kali lipat kesenangan (Laka wa ‘asyrataka mitslaka). Al Qur’an juga menjelaskan akan karunia Alloh dimana di surga tersebut tak ada yang hilang sedikitpun kesenangan dan kegembiraannya, seraya berkata : “Balasan bagi orang-orang yang ada di surga maka mereka termasuk orang-orang yangdigembirakan seperti dalam al-Qur'an surat Hud ayat 108 :

وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُواْ فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ إِلاَّ مَا شَاء رَبُّكَ عَطَاء غَيْرَ مَجْذُوذٍ
(Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya).

Ada penghuni surga yang ketika mendapat karunia Alloh, kenikmatan mereka tak ada habis-habisnya sebagaimana firman Alloh dalam surat Shod ayat 54,

إِنَّ هَذَا لَرِزْقُنَا مَا لَهُ مِن نَّفَادٍ
(Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezeki dari Kami yang tiada habis-habisnya).

Hal ini juga dipertegas oleh Alloh dalam surat an-Nahl ayat 96:
مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ وَمَا عِندَ اللّهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُواْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
(Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Alloh adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan).

Inilah bentuk kenikmatan yang Alloh gambarkan sendiri akan keberadaan surgaNya, Inilah bentuk kekekalan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal, sebagaimana firman Alloh dalam surat Al-Baqoroh ayat 127:

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitulloh bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Ayat-ayat yang memberi motivasi ini juga perlu drenungkan sehingga hati kita bisa tersentuh dan tenanglah hati kita. Karena ayat-ayat ini dapat membuat hati tenang (tathmainnul qulub) namun ayat lain dapat membuat hati bergetar/takut (wajilat qulubuhum). Syarat utama yang perlu diperhatikan agar dapat menghayati ayat-ayat Alloh adalah memiliki dasar ketakwaan, dan mengamalkan amalan ahli surga. Contoh konkrit adalah ketika kita tidak dapat tenang berangkat ke masjid di hari jumat, karena kita bergegas agar mendapatkan shof terdepan. Dan alangkah baiknya apabila kita gelisah seperti orang yang ketinggalan kereta atau pesawat , betapa gelisah dan gundah gulana kita.
Wallohu a‘lam bish-showab.
(Arifie - Deden)

0 komentar:

Posting Komentar

 
close
marketing-mobil-wuling